SUARA.NABIRE, WAMENA - Salah satu keindahan alam Papua yang menyimpan keunikan dan pesonanya tersendiri adalah Sungai Baliem di kabupaten Jaya Wijaya yang letaknya tepat di lembah Baliem.
Adapun sungai Baliem memiliki panjang sekitar 60–80 km, dengan total panjang keseluruhan 414.2 km (257.4 mi). Sementara lebar minimum 15 m (49 ft) dan lebar maksimum 20 m (66 ft), yang mengalir melalui Lembah Baliem ke arah selatan dan bermuara di Pantai Asmat.
Berikut ini 5 (lima) keunikan yang akan Anda dapatkan jika berkunjung ke sungai Baliem.
1. Terletak di dataran tinggi dengan kadar air yang dingin
Sungai Baliem memang unik, karena terletak pada dataran tinggi yang ketinggiannya mencapai 1650 meter di atas permukaan laut, serta sungai ini sangat terkenal dengan kadar airnya yang dingin, bersuhu 14 hingga 18°C.
2. Terdapat jenis hewan cherax
Keunikan lainnya bahwa di sungai Baliem terdapat jenis hewan yang mengandung nilai adat yang tinggi bagi masyarakat sekitar, sama tinggi nilainya dengan ubi (hipiri) dan babi (wam). Hewan tersebut sejenis cherax spp yang merupakan genus lobster air tawar, yaitu genus udang karang terbesar.
Cherax spp atau genus udang karang ini suka bermain di lumpur. Pada malam hari hewan tersebut akan muncul dan bermigrasi ke pinggir sungai, sedangkan paginya mereka akan kembali ke perairan sungai yang dalam.
3. Pinggiran sungai terdiri dari rawa-rawa
Pada kawasan pinggiran sungai terdapat rawa-rawa yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk melepaskan hewan ternak babi. Sepanjang tepian sungai Baliem ini dapat dikelola menjadi objek pariwisata, perkebunan, dan pertanian. Dimana pada daerah sepanjang tepian sungai banyak tersdapat lahan perkebunan Suku Dani.
4. Terdapat udang selingkuh
Uniknya, di sungai Baliem ini terdapat habitat alami udang selingkuh, yakni udang endemik sungai Baliem. Bagian belakang hewan ini memang berbentuk udang, namun bagian depannya mirip seperti kepiting.
Adapun istilah "Udang Selingkuh" merupakan nama dari udang air tawar. Aslinya hanya dapat ditemukan di Sungai Baliem, Papua ini. Udang ini memiliki nama yang unik karena memiliki bentuk badan yang mirip dengan udang. Tapi memiliki capit seperti kepiting. Oleh karena itu udang ini anggap berselingkuh dengan kepiting.
Ukuran udang ini lebih besar dibandingkan dengan udang pada umumnya. Pada awalnya Udang Selingkuh ini ditemukan oleh tim peneliti Balai Arkeologi Papua, di Goa Togece Kampung Parema, Distrik Wesaput, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Konon diketahui bahwa bibit Udang Selingkuh ini pernah di tabur untuk pertama kalinya oleh seorang senior Guide/Pemandu senior di Sungai Baliem pada tahun 1961. Maka sejak itulah Udang Selingkuh perlahan mulai berkembang di Sungai Baliem. Hingga saat ini sudah menjadi salah satu kuliner khas Papua. Yang pastinya banyak digemari oleh para pecinta kuliner.
5. Bentuknya berkelok seperti ular besar
Aliran sungai Baliem terlihat berkelok dan berliku-liku mirip seperti seekor ular besar. Menurut cerita mitos suku Dani, terjadinya sungai ini memang berawal dari seekor ular besar yang konon suka memangsa anak laki-laki.
6. Mitos terbentuknya sungai Baliem
Sungai Baliem memiliki mitos yang dipercaya oleh suku Dani menjadi asal mula terbentuknya sungai ini. Konon hiduplah satu keluarga yang merindukan kehadiran anak laki-laki ditengah keluarga mereka. Pada suatu ketika saat yang dinantikan itu pun tiba, dimana anak laki-laki yang sangat dirindukan itu lahir di tengah-tengah keluarga tersebut.
Namun kelahiran anak laki-laki yang mereka cintai itu menjadi kerisauan tersendiri mengingat saat itu masyarakat dihebohkan dengan munculnya seekor ular besar yang suka memangsa anak laki-laki.
Sehingga keluarga itu pun melakukan penjagaan ekstra ketat terhadapa anak laki-laki mereka itu. Jika kedua orang tuanya pergi berkebun, maka anak perempuan mereka ditugaskan untuk menjaga adik laki-lakinya, dengan pesan agar segera memanggil bapaknya jika ular besar itu datang.
Singkat cerita, suatu saat ular itu pun datang dan ingin memangsa anak laki-laki dari keluarga tersebut. Anak perempuan kemudian bergegas berteriak memanggil bapaknya. Bapaknya pun datang dengan membawa kapak batu dan menyerang ular tersebut, maka terjadilah pertarungan hingga beruujung pada tewasnya ular besar itu dengan dipotong menjadi dua oleh bapak dari anak-anak laki itu.
Dengan peristiwa itu, ular besar itu kemudian diyakini oleh masyarakat telah berubah menjadi sungai Baliem, dimana kepalanya mengalir ke utara dan ekornya mengalir ke selatan.
Meskipun saat ini sungai Baliem ini tidak lagi mengalir ke utara, sebab menurut cerita masyarakat sekitar bahwa pernah terjadi gempa bumi atau tanah longsor pada masa lalu sehingga menutup aliran Sungai Baliem yang mengarah ke utara.
Namun apapun itu, sungai Baliem tetap saja menyimpan keunikan dan sejuta pesona alam Papua yang tiada taranya dan patut untuk dilestarikan. (Red)
Editor: Musafir Nawipa
GALERI FOTO
Kent Sroyer (Pimpinan Suara Nabire) dan Yus Baminggen (Pimpinan Lanny.News)
Abdy Busthan (Pendiri Kompas.Papua)
Yus Baminggen, Abdy Busthan dan Kent Sroyer
Berikut ini 5 (lima) keunikan yang akan Anda dapatkan jika berkunjung ke sungai Baliem.
1. Terletak di dataran tinggi dengan kadar air yang dingin
Sungai Baliem memang unik, karena terletak pada dataran tinggi yang ketinggiannya mencapai 1650 meter di atas permukaan laut, serta sungai ini sangat terkenal dengan kadar airnya yang dingin, bersuhu 14 hingga 18°C.
2. Terdapat jenis hewan cherax
Keunikan lainnya bahwa di sungai Baliem terdapat jenis hewan yang mengandung nilai adat yang tinggi bagi masyarakat sekitar, sama tinggi nilainya dengan ubi (hipiri) dan babi (wam). Hewan tersebut sejenis cherax spp yang merupakan genus lobster air tawar, yaitu genus udang karang terbesar.
Cherax spp atau genus udang karang ini suka bermain di lumpur. Pada malam hari hewan tersebut akan muncul dan bermigrasi ke pinggir sungai, sedangkan paginya mereka akan kembali ke perairan sungai yang dalam.
3. Pinggiran sungai terdiri dari rawa-rawa
Pada kawasan pinggiran sungai terdapat rawa-rawa yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk melepaskan hewan ternak babi. Sepanjang tepian sungai Baliem ini dapat dikelola menjadi objek pariwisata, perkebunan, dan pertanian. Dimana pada daerah sepanjang tepian sungai banyak tersdapat lahan perkebunan Suku Dani.
4. Terdapat udang selingkuh
Uniknya, di sungai Baliem ini terdapat habitat alami udang selingkuh, yakni udang endemik sungai Baliem. Bagian belakang hewan ini memang berbentuk udang, namun bagian depannya mirip seperti kepiting.
Adapun istilah "Udang Selingkuh" merupakan nama dari udang air tawar. Aslinya hanya dapat ditemukan di Sungai Baliem, Papua ini. Udang ini memiliki nama yang unik karena memiliki bentuk badan yang mirip dengan udang. Tapi memiliki capit seperti kepiting. Oleh karena itu udang ini anggap berselingkuh dengan kepiting.
Ukuran udang ini lebih besar dibandingkan dengan udang pada umumnya. Pada awalnya Udang Selingkuh ini ditemukan oleh tim peneliti Balai Arkeologi Papua, di Goa Togece Kampung Parema, Distrik Wesaput, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Konon diketahui bahwa bibit Udang Selingkuh ini pernah di tabur untuk pertama kalinya oleh seorang senior Guide/Pemandu senior di Sungai Baliem pada tahun 1961. Maka sejak itulah Udang Selingkuh perlahan mulai berkembang di Sungai Baliem. Hingga saat ini sudah menjadi salah satu kuliner khas Papua. Yang pastinya banyak digemari oleh para pecinta kuliner.
5. Bentuknya berkelok seperti ular besar
Aliran sungai Baliem terlihat berkelok dan berliku-liku mirip seperti seekor ular besar. Menurut cerita mitos suku Dani, terjadinya sungai ini memang berawal dari seekor ular besar yang konon suka memangsa anak laki-laki.
6. Mitos terbentuknya sungai Baliem
Sungai Baliem memiliki mitos yang dipercaya oleh suku Dani menjadi asal mula terbentuknya sungai ini. Konon hiduplah satu keluarga yang merindukan kehadiran anak laki-laki ditengah keluarga mereka. Pada suatu ketika saat yang dinantikan itu pun tiba, dimana anak laki-laki yang sangat dirindukan itu lahir di tengah-tengah keluarga tersebut.
Namun kelahiran anak laki-laki yang mereka cintai itu menjadi kerisauan tersendiri mengingat saat itu masyarakat dihebohkan dengan munculnya seekor ular besar yang suka memangsa anak laki-laki.
Sehingga keluarga itu pun melakukan penjagaan ekstra ketat terhadapa anak laki-laki mereka itu. Jika kedua orang tuanya pergi berkebun, maka anak perempuan mereka ditugaskan untuk menjaga adik laki-lakinya, dengan pesan agar segera memanggil bapaknya jika ular besar itu datang.
Singkat cerita, suatu saat ular itu pun datang dan ingin memangsa anak laki-laki dari keluarga tersebut. Anak perempuan kemudian bergegas berteriak memanggil bapaknya. Bapaknya pun datang dengan membawa kapak batu dan menyerang ular tersebut, maka terjadilah pertarungan hingga beruujung pada tewasnya ular besar itu dengan dipotong menjadi dua oleh bapak dari anak-anak laki itu.
Dengan peristiwa itu, ular besar itu kemudian diyakini oleh masyarakat telah berubah menjadi sungai Baliem, dimana kepalanya mengalir ke utara dan ekornya mengalir ke selatan.
Meskipun saat ini sungai Baliem ini tidak lagi mengalir ke utara, sebab menurut cerita masyarakat sekitar bahwa pernah terjadi gempa bumi atau tanah longsor pada masa lalu sehingga menutup aliran Sungai Baliem yang mengarah ke utara.
Namun apapun itu, sungai Baliem tetap saja menyimpan keunikan dan sejuta pesona alam Papua yang tiada taranya dan patut untuk dilestarikan. (Red)
Editor: Musafir Nawipa
GALERI FOTO
Kent Sroyer (Pimpinan Suara Nabire) dan Yus Baminggen (Pimpinan Lanny.News)
Abdy Busthan (Pendiri Kompas.Papua)
Yus Baminggen, Abdy Busthan dan Kent Sroyer
LUAR BIASA... SALUD
BalasHapus